Pasang iklan

Friday, March 15, 2013

Kisah para gadis penjual keperawanan

ALUMNI ANDIL | Setelah Catarina Migliorini, gadis Brazil lainnya, Rebecca Bernardo melelang keperawanannya. Rebecca mengaku butuh uang untuk mengobati ibunya. Aksi dua gadis ini menjadi sorotan dunia. Dengan dalih apa pun, tindakan dua gadis ini dinilai tak berbeda dengan prostitusi terselubung.

Jual keperawanan memang bukan hal baru di belahan dunia mana pun. Praktik ini sama tuanya dengan sejarah prostitusi dan peradaban manusia.

Di Jepang, semenjak ratusan tahun lalu dikenal upacara Mizuage. Para Geisha melepaskan keperawanannya untuk penawar tertinggi. Ini merupakan upacara penting dalam dunia Geisha. Setelah upacara Mizuage, para wanita muda ini dinyatakan resmi menjadi Geisha. Semacam upacara kelulusan dari pelatihan panjang yang melelahkan.

Dalam novel 'Ronggeng Dukuh Paruk' karya Ahmad Tohari dilukiskan juga soal pelelangan keperawanan di pesisir Jawa. Sebelum dinyatakan lulus sebagai ronggeng, Srintil, tokoh utama novel itu harus menyerahkan keperawanannya pada penawar tertinggi.

Di dunia modern, bisnis prostitusi menempatkan perawan sebagai komoditi dengan harga mahal. Sudah tak terhitung kisah orang di Indonesia yang menukar keperawanannya dengan segepok uang. Ada yang jadi korban trafficking, ada juga yang sukarela menjual selaput daranya dengan imbalan uang.

"Kebanyakan karena kebutuhan materi. Ada juga orang tua yang tega menjual anaknya sendiri," kata sosiolog Musni Umar.
Klik disini kalau Setuju jika  Tidak Setuju Klik TS

Sumber : Merdeka
Share on :

0 comments:

Post a Comment