Pasang iklan

Thursday, November 24, 2011

Hasil Produksi Padi SRI Lebih Menggiurkan

Meulaboh – Tergiur dengan hasil produksi panen yang lebih banyak, sejumlah kelompok tani di Kabupaten Nagan Raya beralih tanam dari padi biasa ke padi Sistem of Rice Intensification (SRI). Selain itu, biaya perawatan padi SRI dinilai petani lebih murah dari pada pengeluaran biaya padi biasa.

“Memang kalau perawatan bisa dibilang lebih mudah padi biasa karena telah terbiasa, Namun ternyata perwatan padi SRI juga jauh lebih mudah dan gampang,” ucap Tgk. Arifin, ketua kelompok tani Bungong Pade Desa Ie Beudoh, kecamatan Seunagan Timur, kabupaten Nagan Raya, Rabu (23/11).

Beralih minat dari padi biasa ke Padi SRI ini, mulai ditekuni kelompok tani yang memiliki anggotanya sebanyak 27 Kepala keluarga (KK) tersebut, pada pertengahan Tahun 2011 lalu. Saat itu, program Proyek Ekonomi Sosial Aceh terpadu (Pesat) memperkenalkan padi SRI terhadap kelompok tani di wilayah domisili Tgk. Arifin. Dalam pengenalanya, padi SRI diakui mampu memberikan hasil produksi lebih banyak ketimbang padi biasa, sampai warga diberikan pembinaan teori perawatan padi SRI, teori pembuatan pupuk organik, dan teori pembuatan sejumlah alat bantu untuk aktivitas pertanian.   

Pada awal September 2011 lalu, kelompok tani Bungong Pade ini mulai melakukan penanaman padi SRI di atas lahan sekitar 20 hektar. Namun, pupuk yang digunakan petani untuk merangsang pertumbuhan padi nya bukan menggunakan pupuk kimia (pupuk berlabel, red) melainkan menaburkan pupuk buatan sediri yang dianggap lebih ramah lingkungan. “Kami buat pupuk organik sendiri, yang dihasilan dari kotoran binatang, dedaunan, dan abu pabrik. Usai bahan tersebut dikumpulkan, lalu dijadikan pupuk penyubur padi SRI yang siap ditaburkan pada tanaman,” ucap Tgk. Arifin.

Alih penggunaan pupuk, dari pupuk bermerk kepada pupuk organik ini, diakui kelompok tani mampu memberikan penghematan bagi mereka, karena, tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk kimia yang tergolong masih berharga mahal bagi kalangan petani ini.”Biasanya, untuk satu hektar lahan persawahan, maka petani harus mengeluarkan uang Rp. 2,5 juta, tapi dengan beralih penggunaan pupuk organik tersebut menghemat biaya perawatan Rp. 1,3 Juta. Jadi ada murahnya penggeluaran biaya Rp. 1,2 juta,” ucap Arifin bahagia.

Selain itu, melihat hasil panen raya pada 17 November 2011 lalu, kelompok tani Bungong pade ini, mangaku tambah nyakin untuk tetap setia pada jenis padi SRI. Karena perbandingan hasil produksinya lebih melimpahruah ketimbang jenis padi biasa. “Perbandinganya, kalau satu rante padi biasa, rata-rata memperoleh hasil padi tiga goni besar. Tapi kalau satu rante padi SRI mampu menghasilkan produksi padi sebanyak tujuh goni besar,” perelasnya. By Andil
Share on :

0 comments:

Post a Comment